Tuesday, August 4, 2015

Penyebab dan Penanganan Kanker Yang Tepat (Kumpulan Kulwit tentang Kanker)

Sengaja ngumpulin kulwit pakar #FoodCombining Erikar Lebang seputar Kanker. Walau ditulisan sebelumnya sempat saya lampirkan tentang #KibulanKanker
deaedensor.blogspot/kankertidakseseramhantu.com


Masih dan sering penyakit ini dianggap begitu rumit, seram menakutkan, sehingga penyebab sebenarnya lepas dilihat yang berakibat penanganan yang keliru.

Dari beberapa kulwit ini bisa kita lihat ternyata ga rumit kok... asal mau membuka wawasan dan berpola pikir terbuka...


Yuk, simak perlahan kulwit-kulwit ini :

Dea Edensor published a note.
August 11, 2014 at 2:23pm ·

"Pencetus Kanker?! Kontrol Gaya Hidup"
By @erikarlebang

Ini nonton acara kesehatan, lihat dokternya mendefinisikan kanker. Ironis banget, kalimat pertama yang keluar genetik! Tuhan disalahkan"

Balik bicara kanker, kebetulan tadi dokternya sendiri sudah mengatakan, "kanker gak bisa didaulat punya penyebab hanya satu" Ini rada bener"

Penyebab kanker itu seharusnya bersifat akumulatif. Dan harus muncul secara TSM (terstruktur, sistematis dan massive) #eh lho ini sidang MK?"

Ngga ding, beneran. Sel kanker harus berjumlah miliaran-triliunan dalam tubuh manusia dan saling terkoordinasi untuk bisa merusak kesehatan"

Nah ketauan kan? Bahwa sel kanker yang berjumlah segitu, gak mungkin muncul dalam hitungan singkat hari, minggu atau bulan bahkan tahun"

Mengacu lagi pada temuan Prof Kazuo Murakami, seorang profesor dari universitas Vanderbilt, US. Yang berjasa memetakan kode genetika manusia"

Ia berjasa menguraikan kode genetik enzim 'renin', yang membuat pemahaman akan problem tekanan darah tinggi menjadi jauh lebih baik"

Ia pun menemukan hal terkait kanker yang sangat menarik, sel kanker itu secara genetika membutuhkan semacam pengaktif, "tombol on-off'"

Apa pengaktifnya? Dalam penelitiannya menemukan bahwa gaya hidup, faktor psikologis sebagai pemicu potensial. Ia sangat tertarik pola makan"

Yang menarik lagi ia mengatakan secara genetika kelemahan itu memang ada, ada yang lemah dan ada yang sangat kuat, tapi tetap butuh pemicu"

Bicara pemicu, Dr. Otto Heinrich Warburg tahun 1931 sudah dianugerahi nobel untuk penemuannya terkait metabolisme dan respirasi sel kanker"

Salah satu sifat spesifik sel kanker yang ia temukan, kebutuhan sel kanker akan PH darah cenderung asam untuk hidup serta berkembang biak"

Ini sebenarnya signal kuat cara mengalahkan atau setidaknya mengendalikan sel kanker. Kalau mau di-switch off atau dibuat tidak berdaya"

Saya pernah membuat kultwit, kenapa temuan Dr. Warburg ini diacuhkan dunia kesehatan konvensional, mungkin bisa dibaca untuk yang memerlukan"

Bicara PH darah cenderung asam, tentu saja faktor gaya hidup adalah pembicaraan utama. Sila mengacu pada kultwit dan edukasi saya selama ini"

Kalau ini ditindak lanjuti lebih jauh, saya kira faktor genetik yang menjadi faktor kanker pertama diucap oleh dokter tadi, bisa dienyahkan"

Kita harus mengkoreksi pola hidup dan menjauhkan faktor pemicu. Semisal, mengurangi pola makan pembentuk PH asam, agar tidak ubah sifat sel"

Sehingga gen yang lemah dan mudah terpicu sekalipun, tidak memiliki kesempatan untuk tubuhnya mengubah sel menjadi sel kanker"

Dari sisi lain, selain pola makan, faktor psikologis bisa jadi faktor pemicu kanker. Dr. Masashi Saito, seorang spesialis bidang anti aging"

Dokter yang berdomisili di New York ini menemukan, walau secara empiris, banyak penderita kanker yang ditemukan berkarakter empati tinggi"

Dengan kata lain ia mengatakan, seseorang yang secara psikologis banyak memikirkan orang lain, dan rentan ada dalam kondisi stress tinggi"

Lebih potensial untuk terkena kanker. Ini bisa menjadi sisi menarik, bila temuannya disikapi lebih jauh dengan logika ilmiah yang mumpuni"

Kalau sisi lain lagi, terkait gaya hidup, pernah ditengarai bahwa waktu tidur yang terganggu membuat orang juga rentan terkena kanker"

Secara logika ini masuk akal, mengingat bahwa saat tidur adalah momen dimana tubuh merestrukturisasi diri, termasuk kebugaran sel tubuh"

Jadi normal bila waktu tidur terganggu, tidak heran bila sel kanker punya kesempatan memperkuat diri atau berkembang biak lebih besar"

Apa yang disampaikan kultwit ini sekedar untuk menggeser paradigma berpikir umum yang cenderung dahulukan genetika sebagai pencetus kanker"

Yang ujung-ujungnya menyalahkan Tuhan sebagai penyebab kanker. Padahal bukan. Mau alasannya cobaan atau apapun, Tuhan gak sekejam itu"

Faktor pemicu kanker seharusnya bisa dikendalikan secara aktif oleh pemilik tubuh. Kuncinya di kontrol gaya hidup"

Demikian kibulan ini, suka sukur gak suka unfollow. Gak follow bawel? Sel kanker dipicu kurang tidur? Ya udah tidur lagi deh *tarik selimut*"



Dea Edensor published a note.
August 27, 2014 at 8:06pm ·

Pasca Kanker vs Pola Makan Sehat
Kulwit By @erikarlebang


Saya akan melihatnya dari sudut pandang yang sedikit berbeda

Baru saja dapat kabar, kalau ada kenalan kami yang meninggal karena kanker. Beberapa waktu lalu, kami sempat beberapa kali bertemu beliau

Dia kepingin bertemu dan tukar pikiran sekaligus bertanya tentang kanker kepada saya. Waktu bertemu, beliau masih terlihat segar saja

Kecuali rambutnya yang habis pasca kemo, penampilannya normal, bahakan kulitnya halus kencang, lumayan untuk ukuran orang berusia 50 tahunan

Saya sempat bertanya tentang kulitnya yang terlihat halus itu, "Ini soalnya aku pas kena kanker, langsung cuma makan buah dan sayur saja"

Wah bagus dong. Logika yang pas dengan dua kultwit saya yang tadi disebut di awal. Pikir saya kondisi ini akan jauh lebih mudah lagi

Dia juga bertanya tentang manfaat #AirKangen, saya sampaikan dimana peran elemen satu ini dalam menanggulangi perkembangan sel kanker

Semua berjalan baik-baik saja. Sampai saat tiba waktunya makan siang. Dia mengajak kami yang bertandang ke rumah beliau makan menu rumahnya

Agak bingung saya waktu melihat, "lho kok menunya ayam betutu?" Selain basis utamanya protein hewani, proses masaknya yang dipanggang

Membuat sel kanker bagai mendapatkan bensin untuk bisa hidup leluasa dalam tubuh seseorang. Berkembang biak tentunya. Saya lalu bertanya

"Bukannya tante sudah makan buah dan sayur ekslusif?". Dia menggeleng, sekarang bebas. Soalnya kata dokternya, makan boleh apa saja

Nah di titik ini saya speechless, percuma rasanya bicara panjang lebar tentang hukum asam-basa, kondisi homeostasis, #airkangen dan lainnya

Kalau ahli kesehatan yang dipercaya dan punya otoritas, mengucapkan kalimat pamungkas, membuat segalanya jadi mentah kembali ke titik nol

Makanya saat mendengar kabar meninggalnya beliau, dan mengingat kejadian tadi, saya gak terlalu terkejut-terkejut amat. Sel kanker menang

Bukan dalam konteks, sel kankernya memang harus menang. Tapi lebih karena perlawanan yang ada di fase awal, mendadak berhenti dan berbalik

Tubuh yang tadinya disupport untuk 'menang' melawan sel kanker dengan dukungan pola makan yang tepat, mendadak dibalik, 'dikhianati'

Sel kankernya malah seakan diperkuat untuk berkembang biak dan merusak lewat pola makan yang diubah. Sayangnya karena advis yang salah

Advis yang mengabaikan perawatan tubuh via pola makan, dengan logika "Boleh makan apa saja, yang penting masih selera.." sangat menyesatkan

Logika ini lahir akibat paham kuratif mendominasi dunia kesehatan kita, prioritas pada: "Biarkan sakit, nanti kita carikan obatnya apa?"

Logika atasi penyakit yang di level awal, mungkin dengan konsep kuratif bisa disembuhkan, tapi dengan kondisi seperti kanker? Jelas tidak

Kanker muncul bukan dalam waktu seminggu, sebulan, setahun. Tapi belasan hingga puluhan tahun, butuh tubuh yang tepat, bagi dia untuk tumbuh

Sedihnya, perawatan konvensional kanker, justru membuat tubuh yang tepat untuk sel kanker berkembang biak itu, menjadi semakin lebih 'tepat'

Kemoterapi semisal, ia memang bisa membunuh sel kanker secara instan di tempat dimana ia sedang berkembang biak. Tapi...

Sel sehat yang ikut dirusak, reaksi penolakan tubuh terhadap 'racun' kemoterapi, turunnya daya tahan tubuh pasca kemo, punya bahaya laten

Sel kanker bisa berkembang biak di tempat lain. Karena tubuh induk dalam keadaan lemah. Diperparah lagi, pola makan penyebabnya tidak diubah

Makanya saya gak heran, kalau ada orang yang dianggap sukses menjalani terapi kanker, mendadak muncul lagi, dan lebih parah

Karena logika itu terjadi. Penderita kanker yang tahu diri dan mengubah pola hidupnya secara benar, memang tidak bisa dijamin 100% sembuh

Tapi paling tidak, dia bisa menguasai dirinya lebih baik. Dia tidak mengkhianati tubuh dengan memfasilitasi sel kanker merusak dirinya

Dia juga setidaknya terhindar dari kondisi terpuruk, harus menjalani terapi konvensional begitu saja tanpa ada upaya perbaikan diri

Melakukan kemoterapi, tapi menjaga pola makan dengan hanya mengkonsumsi buah, sayuran segar serta air putih akan menghasilkan efek berbeda

Dengan penderita kanker yang menjalani terapi konvensional, pasca kemoterapi diberi makan bubur, protein hewani proses dan segelas susu

Bahkan menu yang sepintas terlihat sehat ini, tetap masih seperti pupuk yang menyuburkan lahan tubuh bagi sel kanker pic.twitter.com/yHgPZkn5as


Walau diembeli disiapkan dengan higienis, cermat, dibarengi ilmu gizi terukur, tapi konsepnya sudah kuno untuk kanker pic.twitter.com/L3fyfoCCwx


Jadi kembali, ubah konsep pemahaman makan sehat secara radikal. Jangan mau kalah radikal dengan sifat sel kanker. Mandiri cari ilmu sendiri

Pergunakan akal sehat tentunya, mana yang masuk akal, mana yang cuma hoax. Lalu niatkan diri untuk melakukan dengan benar

Demikian kibulan ini suka sukur, gak suka unfollow. Makan apa saja yang penting masih selera? Coba tanya temen sebelah, mau gak dia dimakan?


Dea Edensor published a note.
October 15, 2014 at 9:28am ·

Pizza pencegah kanker?! kesehatan basisnya adalah perawatan tubuh secara holistik, menyeluruh!
By @erikarlebang

Hadeuh, ini keluar lagi omongan mencegah kanker dengan secara periodik mengkonsumsi pizza! Ngasal se-ngasal-ngasalnya yang ngomong

Dulu memang pernah ada penelitian tentang ini, tapi basisnya sekali baca aja udah bikin ketawa. Pizza mencegah kanker, karena ada oreganonya

Problemnya kalau dibaca dari arah penelitian itu, sepertinya oregano diteliti sendirian kegunaannya, bukan saat digabung ke pizza

Balik lagi ke masalah pizza...

Padahal kalau melihat pizza-nya secara general, orang awam masalah kesehatan aja, bisa bilang kalau pizza itu sebenarnya tergolong junk food

Dengan basisnya yang tepung, sudah pasti tinggi gula dan tinggi gluten. Dengan dipanggang, jelas akan banyak merangsang reaksi karsinogenik

Belum isi topingnya yang bisa dijejali sosis, daging asap. Belum lapisan keju mozzarella yang sulit dicerna oleh tubuh. Pencegah kanker?

Dimakan bertahun-tahun? Efeknya gak kebalik aja udah sukur. Oregano bisa menyelamatkan pizza sebagai alat anti kanker? Itu berlebihan

Kalau Ronaldo diambil dari Portugal, lantas dimasukkan ke dalam timnas Indonesia, diikutkan ke Piala Dunia 2018, bisa juara gak kira-kira?

Cuma orang sama sekali gak kenal sama sepakbola yang bilang "bisa"! 1 Ronaldo bisa menyelamatkan 10 pemain kualitas mediocre di Piala Dunia?

Atau kalau ada yang bilang Goetze sendirian bisa membawa Jerman juara piala dunia, pasti dia juga gak paham sepakbola. Emang timnya bagus!

Nah berdasar analogi itu, logis gak kalau bilang Oregano dalam Pizza bisa menjadi penyelamat orang yang makan dari bahaya kanker?

Itu kesalahan mendasar dari konsep Food Therapy yang didasari oleh paham medis berbasis kuratif, pengobatan! Apa-apa dilihat secara parsial

Pengobatan itu dilihat bukan sebagai kesatuan utuh. Padahal kesehatan basisnya adalah perawatan tubuh secara holistik, menyeluruh!

Percuma makan oregano, biarpun kegunaannya selangit, kalau 'jagoan' itu jumlahnya cuma sejumput, tapi dikelilingi oleh 'penjahat'

Demikian kibulan ini, suka sukur gak suka unfollow! Gak follow bawel? Pizza pencegah kanker? Iya, tapi oreganonya sebaskom, dan dihirup!



Dea Edensor published a note.
November 21, 2014 at 8:20pm ·

Pengobatan kanker vs Pola Makan Sehat
By @erikarlebang


Yak kultwit pemakaian obat lagi nih, temen lagi cerita tentang frustasi temannya yang divonis kanker lagi, setelah 'sembuh' sekian waktu


Rekan dari teman ini dulunya penderita kanker nasofaring, kemudian setelah menjalani terapi yang melelahkan dari segala sektor, dia 'sembuh'


Untuk bisa sampai titik kata sembuh bertanda kutip tadi, rekan teman saya ini sudah melalui fase yang menurut dia "amit-amit banget deh"


Dia 'setengah mati' berusaha menjaga pola hidupnya, supaya kanker itu terjauhi dan gak kembali. Kelewat hati-hati kalau kata beberapa teman


Bisa kebayang betapa frustasinya dia, saat cek kesehatan rutin, ditengarai sel kanker kembali muncul, kini di tulangnya. Dunia serasa kiamat


Dia bingung mau marah ke siapa? Tim dokternya? Keluarganya? Teman? Ujung-ujungnya sih Tuhan, "kenapa saya?" lalu keluarga, di sisi genetika


Teman saya ini lalu menanyakan pada saya kondisi ini kenapa bisa terjadi? Jawaban saya sederhana, rekonstruksi ulang gaya hidupnya


"Tapi dia udah jaga hidupnya banget, gak pernah makan yang aneh, malah sekarang strict banget" kata teman saya. Bisa jadi itu masalahnya


Apa yang mau dijaga? Apa yang harus dikonsumsi? Apa yang harus dihindari? Ini yang gelap dalam hidup penderita kanker. Teman saya terdiam


Selama dia jaga makan, apa yang sudah dilakukan? Teman saya langsung nyerocos detil, "dia cuma makan rebus-rebusan, gak makan junk food"


"Gak makan nasi lagi, diganti kentang sama roti" *mau ketawa pas denger* "dia rutin konsumsi obat yang disuruh dan herbal buat cegah kanker"


Well kalau bicara pola makan mungkin followers saya udah ngelotok kali ya? Mau di sisi kanker atau sekedar dalam menjalani keseharian


Saya mau bahas dari sisi pemakaian obat yang dianggap bisa mencegah kanker. Sejatinya obat adalah 'racun' bagi tubuh, itu poin penting awal


Semakin kuat obatnya, di sisi lain semakin kuat juga efek merusaknya bagi tubuh. Makanya mengkonsumsi obat, bagi dokter baik, gak sembarang


Biasanya dokter yang baik akan cermat memperhatikan pemberian obat bagi pasien, sebisa mungkin jumlahnya sedikit, agar tidak kontradiktif


Salah seorang sahabat saya, kini menjadi pakar kesehatan gara-gara suaminya kena problem liver, diberi obat bejibun untuk atasi masalah itu


Logika dasarnya mengingatkan, "saat obat masuk, liver itu kerja keras, lah kok ini sudah livernya bermasalah, malah obatnya ditambah?"


Dia hentikan obat itu semua, sambil di sisi lain ia mempelajari pola makan sehat dan logika kerja tubuh. Walhasil suaminya sehat bugar lagi


Nah kembali ke masalah kanker ini, rasa frustasi rekan teman saya sebenarnya bisa diantisipasi kalau dia tau logika dasar lain dari kanker


Dr. Otto Heinrich Warburg dalam temuannya yang diganjar nobel tahun 31, dapatkan satu poin penting terkait kanker, sangat penting sebenarnya


"Dari sisi PH, sel kanker itu memiliki sifat asam, sementara sel sehat punya sifat basa". Di samping makanan, terkait obat, ini kena banget


Kembali ke hukum dasar, "obat sejatinya adalah racun", secara alamiah tubuh akan menyikapi obat sebagai pembentuk PH darah yang juga asam


Konsumsi obat berkepanjangan akan membuat karakter PH darah tubuh cenderung asam, tubuh mati-matian jaga supaya PH-nya netral (Homeostasis)


Jadi kalau sang rekan teman ini berusaha mencegah kankernya dengan rutin konsumsi obat, mau normal, mau herbal, sebenarnya kontraproduktif


Mau iming-iming obatnya sehebat apapun, sekuat apapun, secara hal yang lebih fundamental, PH darah tubuhnya jadi bergerak ke titik asam


Bila itu terjadi, otomatis sifat sel tubuhnya juga akan ada dalam kecenderungan yang sama. Sel kanker mudah sekali hidup berkembang disana


Inget aja Prof. Kazuo Murakami, ahli genetika dunia, "Sel kanker itu potensinya ada di semua sel, tinggal saklarnya aja di-on atau off?"


Nah sangat masuk akal bila konsumsi obat berkepanjangan, ya masuk dalam kategori meng-on-kan saklar kanker dalam sel tubuh manusia


Kenapa kita terbiasa minum obat untuk mengatasi masalah penyakit? Karena dari kecil, kita dididik untuk begitu dalam menjaga kesehatan


"Saat flu, minum obat pilek", "Saat batuk, ya obat batuk", "Sakit lambung, minum antasida". Begitu doktrinnya. Merawat kesehatan=minum obat


Jarang sekali ada informasi bahwa minum obat itu memiliki resiko jangka panjang. Dalam beberapa kasus bahkan jangka pendek sudah terasa


Ada gak yang pernah cerita minum antasida untuk mencegah asam lambung berlebih itu punya efek menakutkan secara jangka panjang? Gak ada


Buktinya antasida ada dalam level atas daftar obat paling laku sepanjang jaman. Gak ada yang cerita efek membasakan lambung semena-mena apa?


Mulai dari terganggunya serapan mineral penting, rusaknya harmoni dalam lambung, mudah terkikisnya membran pelindung dan masih banyak lagi


Gak ada juga yang sadar, bahwa minum obat antasida berkepanjangan itu gak pernah benar-benar menyembuhkan sakit lambung, dianggap normal


Kalau pun nanti lambungnya berluka permanen yang parah hingga jadi kanker, tulangnya osteoporosis, apa pernah ada tinjauan kebiasaan ini?


Jarang sekali! Biasanya langsung nembak, penyebabnya apa? Paling sering sih genetik. Paling gampang nyalahin Tuhan, karena gak pernah protes


Edukasi pemakaian obat yang tepat, itu kunci kalau mau sehat. Prioritas utama, jaga kesehatan. Pergunakan logika bodoh ini, jaga rumah Anda


Jangan sampai kebakaran. Kalaupun kena musibah, walau kecil kemungkinan, saat terjadi baru panggil pemadam kebakaran, siram tuh rumah


Jangan untuk mencegah kebakaran, rumahnya sering-sering disiram sama mobil pemadam kebakaran. Penghuni rumahnya pilek melulu, yang ada


Pergunakan obat sebagai jalan keluar darurat. Di awal jagalah pola hidup, jaga pola makan. Tapi jangan asal jaga, cari cara yang benar


Demikian kultwit ini, suka sukur, gak suka unfollow. Gak follow bawel? Takut sakit jadi makan obat terus? Ganti selai roti Anda dengan salep


Dea Edensor published a note.
February 8 at 11:36am ·

Penyebab Kanker & Penanganan yang Salah Terhadap Kanker
By @erikarlebang



Gak pernah setuju dengan konsep penderita kanker gak perlu diberitahu sakitnya agar tidak shock. Itu seperti menyapu debu ke bawah karpet

Cara membersihkan ruangan seperti itu cuma membuat efek semu. Yang nantinya saat kotoran menumpuk, akan memberikan masalah baru, lebih besar

Sama dengan penderita kanker yang tidak diberi tahu akan penyakitnya. "Biarkan mereka menikmati hidup", adalah salah satu alasannya

Alasan seperti ini sama kayak menyimpan bom waktu, yang saat meledak nanti akan membuat beban psikologis penderita makin berlipat jadinya

Minor sekali persentase penderita kanker meninggal dalam keadaan penyakitnya tidak menggerogoti kualitas hidup mereka. Mayoritas? Menderita!

Saya punya kerabat yang terserang kanker tulang, keluarga terdekat sepakat penyakit ini tidak usah diberi tahu padanya. Bahagia? Jelas tidak

Dia malah menderita luar biasa, karena tidak paham kenapa kondisi tubuhnya memburuk dari waktu ke waktu, dan rasa sakitnya menjadi-jadi

Saat akhirnya ia tahu bahwa dirinya terkena kanker. Dia shock luar biasa, karena kondisinya sudah sangat buruk. Menderita hingga wafat

Yang harus dicatat dari pertama divonis hingga meninggal, dimana mayoritas sisa hidup dijalani tanpa tahu sakit apa? Kondisinya menderita

Berarti niatan untuk membiarkan ia hidup normal tanpa tahu apa penyakitnya hingga meninggal, jelas tidak tercapai sama sekali. Ia menderita!

Dan secara mayoritas, ini yang terjadi pada penderita kanker yang kondisi sakitnya sama sekali tidak diberitahukan pada mereka. Mayoritas!

Kenapa tindakan yang tidak bijaksana ini bisa jadi sangat populer?

Karena cara dunia kesehatan konvensional menangani kanker!

Yang paling umum dari sisi ketidak tahuan, "kenapa seseorang bisa terkena kanker?". Hampir semua ahli kesehatan katakan ini urusan genetik

Padahal sudah bertubi penelitian terkini yang menemukan, kanker itu mayoritas dipicu oleh akumulasi kesalahan manusia dalam menjalani hidup

Ini salah satunya http://t.co/v1TEPMLLfj "Cancer is a preventable disease that requires major lifestyle changes” -Anand P, Kunnumakkara AB

Sudah sering saya kultwitkan cara memperbaiki pola hidup yang dimulai dari hal sederhana dan mudah, tapi malas dikerjakan, "ubah pola makan"

Logika sederhana kanker juga mayoritas tergambar dari hal sama. Sel kanker tumbuh subur di penderita yang mengkonsumsi makanan yang cocok

Berdasarkan hal tersebut, berlaku juga hal sebaliknya. Makanlah makanan yang membuat sel kanker sulit tumbuh subur. Bahkan bisa mati sendiri

Ubah pola hidup yang buat tubuh sebagai tempat "sel kanker tidak bisa hidup nyaman". Jadikan pola makan sebagai ujung tombak perubahan

Nah kalau penyakitnya gak dikasih tau, bagaimana penderitanya mau mengubah pola hidup? Boro-boro mau merubah pola makan!

Kalau dia makan setiap hari sarat protein hewani, makanan prosesan, mau muntah saat lihat sayur, lihat buah segar langsung kebayang ulat

Rutin minum susu, teh, kopi dan alkohol bertahun-tahun. Dan dia menikmati. Bagaimana cara menghentikan, kalau gak dikasih tau kena kanker?

Ada gitu manusia yang mau mendadak sontak mengubah pola makan minumnya tanpa penyebab?

Ada sih, tapi juarrraaaang banget!

Alasan lain, adalah biaya...

Gak banyak yang sadar, kalau perlakuan menghadapi kanker itu lebih mirip industri, ketimbang menghadapi penyakit http://t.co/RNwXe8PEjj

Jadi kalau gak punya uang dalam menghadapi kanker. Sering dalam banyak kesempatan secara realita, pihak terkait sudah angkat tangan duluan

Yang sakit bingung "mau bayar pake apa?" Yang menangani penyakit bingung, "bagaimana dia mau bayarnya?" Solusinya?

Ya sudah jangan beritahu

Saya pernah dateng ke satu acara di RS besar, ada satu orang penderita kanker dijadikan tema acara, karena kankernya tergolong langka

Di kesempatan itu sekalian RS-nya melaunch produk baru mereka terkait penanganan kanker. Nyambung? Ya nyambung aja sih. Pas lah momentumnya

Ironinya, penderita kanker yang dijadikan tema acara itu, gak bisa mempergunakan mesin terbaru RS itu. Kenapa? Karena dia gak mampu bayar!

Terkait kanker, itu contoh kasus klasik kondisi:

"Bagaimana saya mau bayar?" bersanding dengan "Nanti dia bayarnya bagaimana?"

Itu salah pemicu populer, kenapa penderita kanker sering sekali menjadi orang yang paling terlambat tahu, dia sakit apa?

Kanker itu terkait gaya hidup

Untuk mengatasinya, ya ubah gaya itu. Ganti yang lebih baik, dan komit pada hal tersebut!

Kalaupun memang kita tergolong 'unik', terkena kanker karena urusan genetik. Hukum sama tetap berlaku, Tuhan adil kok.

Ubah gaya hidup!

"Sel kankernya gak akan bisa hidup, di tubuh yang tidak membiakan dia hidup!"

Ingat saja hal sederhana ini, mau diketawain kayak apa juga!

Demikian kibulan ini, suka sukur, gak suka unfollow. Gak follow bawel? Gak masalah gak dikasih tau? Sini kerja ke saya, gak usah tau gaji!




Dea Edensor published a note.
March 29 at 1:13pm ·

Problem Kanker Usus
By @erikarlebang

Dapet berita salah satu teman lama, sekarang sedang berjuang menghadapi problem kanker usus. Kaget? Sama sekali tidak! Karena sangat tipikal

Teman ini bisa dibilang cetak biru dari apa yang selama ini saya edukasikan atau sekedar ceritakan. Dari ragam sisi, pola makan gaya hidup

Yang pasti teman ini adalah anak gym. Kalau saya selama ini cerita berdasar observasi-logika berdasar pengalaman gym 20 tahunan, dia lebih

Jaman saya belum ikutan ngegym, dia udah sekitar 3-4 tahun duluan. Waktu itu saya masih bengong liat dia minum protein shake, telan suplemen

Makan protein hewani layaknya karnivora. Bawa bekal isinya daging yang wujudnya udah gak jelas. Pastinya gak enak, wong gak pake bumbu!

Badannya sih ya jaman itu jelas bikin ngiri. Kekar dan berbentuk serta minim lapisan lemak. Keren lah.. Buat yang gak tahu kesehatan

Nah skip kenangan masa lalu, apa yang dia alami sekarang, setelah nyaris seperempat abad, tipikal banget, kanker usus besar! Ya iyalah!

Makan padat protein hewani model, minum protein shake dan konsumsi suplemen gak jelas gitu. Pasti badannya bereaksi menghasilkan masalah

Saya sudah sering cerita, betapa tubuh manusia itu tidak didisain oleh Tuhan untuk mengkonsumsi protein hewani dalam jumlah banyak, sering!

Boleh jadi protein hewani lengkap kandungan asam amino pembentuk protein yang berguna untuk membangun blok sel tubuh, tapi ada tapinya

Proses pemecahan protein hewani menjadi asam amino agar mudah dirangkai kembali oleh tubuh itu luar biasa rumit dan berat. Rentan cacat

Akhirnya saat dirangkai ulang dijadikan blok sel tubuh, bahan cacat itu buat 'revitalisasi' sel tubuh dalam keadaan juga cacat, penuh sampah

Sel kanker itu apa? Salah satu definisinya adalah sel yang punya sifat radikal dalam menyalahi siklus alaminya. Kenapa radikal? Karena cacat

Jadi kalau setelah puluhan tahun teman saya ini terkena kanker usus, ya saya gak kaget lagi. Lagipula, dia cuma satu dari 'buanyaaak' kasus

Saya beri contoh eksak aja deh. Ini contoh foto data klinis usus besar dari mereka yang menjadikan protein hewani sebagai menu utama

Ngambilnya dari data Dr. Hiromi Shinya, gastroenterolog kelas dunia, kalau gak bisa dibilang yang terbaik! 370.000 manusia 5 dekade praktek

Yang atas usus besar orang sehat, yang dibawah ya gitu deh..

Karnivora! http://t.co/BbjLktEdQD

Yang usus besar sehat, makannya apa? Gak sampe 10-15% protein hewaninya dalam menu harian, mingguan atau bulanan. http://t.co/BbjLktEdQD

To make things worst, temen saya ini punya hobi baru mengikuti tren saat ini, "(mendadak) atlet lari jarak jauh". Kok jadi lebih buruk?

Kalau larinya sekedar memenuhi kaidah latihan kardiovaskular, melatih koordinasi kerja paru dan jantung, sih gak papa. Malah bagus

Tapi konsep kardiovaskular itu cuma butuh waktu 30-60 menit aktivitas fisik, lari misal, agar kerja jantung paru stabil di level tertentu

Kalau larinya mendadak atlet? Kayak yang lagi tren sekarang? Tiap minggu ikutan lomba? Ya sebelum saya bilang jelek atau buruk, liat ini ya

Lihat gak beda gambar ini? Antara apel cantik dan apel buruk rupa. Tau bedanya dimana?

Ini yang namannya oksidasi http://t.co/X0LcZidMWT

Perusakan yang dilakukan oleh oksigen. Yang kiri saat apel baru dibelah dalam keadaan segar, satunya pasca didiamkan
http://t.co/X0LcZidMWT

Oksigen merusak? Ya itulah siklus alam. Kita sebagai mahluk hidup dihidupi oleh oksigen, tapi di sisi lain, oksigen juga 'menghabisi' kita

Oksigen 'menghabisi' sel. Membuatnya rusak. Ini yang biasa kita sebut dengan istilah 'radikal bebas'. Saat normal, ini hal biasa saja

Siklus ini yang membuat tubuh bisa membuang sel yang sudah usang untuk diganti sel baru. Di sekitar juga gitu, besi berkarat, kayu lapuk dll

Kalau gak ada siklus ini mungkin sampah dari jaman Nabi Adam sampe sekarang masih betebaran dimana-mana. Bumi penuh sesak!

Nah problemnya muncul, saat siklus ini berada diatas ambang normal. Apa yang terjadi? Yak, sel tubuh kita yang sehat pun ikutan terganggu

Tubuh sebenarnya punya penanggulangan untuk itu, dia membuat enzym superoxide dismutase, tapi ini langkah darurat. Boroskan cadangan enzim

Saat berolahraga diluar ambang batas kemampuan tubuh, ya masalah terjadi bertubi, sel tubuh rusak lebih banyak, SOD boroskan cadangan enzim

Apa yang terjadi saat sel tubuh terganggu berlebihan? Kanker? Salah satunya. Gak cuma itu. Semua struktur dan sistem tubuh rusak

Menua lebih cepat, kerusakan anatomis-fisiologis, gangguang psikologis, beragam penyakit degeneratif datang dan segudang masalah lain

Makanya bodoh luar biasa orang yang mengatakan, "Kan saya sudah olahraga, boleh makan apa saja, sudah diimbangi". Yeah right! Balance my a*s

Saya mah gak usah ngomong banyak. Apa yang terjadi dengan teman saya itu salah satu buktinya. Foto data klinis Dr. Shinya juga

Sila berasumsi, "kata si dokter anu gini" atau "kata pelatih fitnes saya juga gini". Gih sana! Mereka pernah observasi usus besar belum?

Mereka melihatnya jangka panjang gak? Kalau cuma langsing, berotot, sebulan dua bulan atau setahun dua tahun sih jangan sombong dulu!

Demikian kibulan ini. Suka sukur gak suka unfollow. Gak follow bawel? Pilih jadi karnivora? Coba safari ke Afrika, saingan sama cheetah deh





Sabtu, 5 Desember 2015

Benarkah Sel Kanker Bersih Pasca Terapi?!



Dan tadi malam, kembali pakar Food Combining Erikar Lebang membahas tentang hal terkait...

Yuk simak dan baca perlahan, smoga bermanfaat bagi yang membutuhkan...

Sel kanker dinyatakan bersih, dirayakan ngopi & makan hidangan prosesan? Inget lahan gambut kebakar ketolong musim hujan. Tunggu aja kemarau

Udah gak kehitung berapa orang yang frustasi saat kanker dicap 'bersih', sembuh pasca terapi, hanya untuk kemudian dinyatakan muncul lagi

Bingung mau gimana lagi? Akhirnya meratapi masalah genetika dan 'menyalahkan' Tuhan, walau ngakunya tawakal.

Tapi sarapan toast and coffee

For the sake of happiness

Makan siang protein hewani prosesan, turunan susu dalam beragam bentuk. Kudapannya tepung-tepungan berhias gula

Makan malam? Cari lagi yang enak-enak. Semua proses kuliner yang bikin makanan lezat deh pokoknya.

Oh ya, minumnya teh, soda atau alkohol

Dan tiap menjalani tes rutin kanker, deg-degan. Begitu ditemukan ada kehidupan mencurigakan, nangis..

"KENAPA TUHAN?!"

Meratap..

"KENAPA AKU?!"

Tuhan (mungkin) jawab:

"Lah yang makan-minum kamu? Terus kok salah saya?"

Seringkali mereka yang dicap 'cancer survivor' tampilannya gak mewakili orang sehat.

Tapi pas kalau dibilang "survive from disaster"

Kulit kering kusam, lemah, gak bertenaga, dan mudah depresi saat sendiri. Survive jadi asal bertahan hidup, jauh dari kata hidup berkualitas

Masalah yang membelit lebih mirip lingkaran setan

Gak kelar-kelar

Problemnya, selain menyalahkan Tuhan dari sisi genetik, kanker sering dianggap seperti benalu belaka.

Ada? Cabut!

Ada di payudara? Angkat payudaranya! Ada di kulit? Buang bagian bermasalahnya! Begitu terus.

Yang problem kalo kankernya di organ vital

"Ya udah mau ngapain lagi? Mari berharap pada mukjizat" *angkat tangan dan berdoa*

Abis itu makan semangkuk mie bakso

Atau konsep genosida. Dibunuh rame-rame. Ada sel kanker di daerah mana? Ayo kita bom pake kemo. Mau model apa? Apapun!

Logikanya sama

Ada pertandingan antar timnas, presiden nonton. 22 pemain lagi main bola di lapangan, satu diantara mereka adalah teroris menyamar

Tembak aja semuanya! Matiin semua di lapangan! Lah terorisnya kan cuma satu? Daripada presiden mati? Silly?

That's the logic of chemo

Beneran teroris mati? Belum tentu! Yang di lapangan iya. Bisa ada nyelundup di penonton. Bisa muridnya masih keliaran beraksi kapan-kapan

Logika 'tubuh bersih dari sel kanker' seperti analogi itu. Lapangan bersih dari teroris, tapi ancaman presiden masih ada dari banyak arah

Sel kanker sering memperlakukan tubuh kita seperti kesukaan kita pada rumah atau kamar yang nyaman. Seneng kan ada disana? Ajak teman dateng

Suhunya sejuk, bersih, full entertainment (apa kek?). Bisa saja kita diusir! Disuruh pergi. Iya pergi deh kita. Sesaat

Terus balik lagi!

Bisa terus berulang-ulang

Sampe yang ngusir lelah dan kehabisan tenaga, yang dateng tambah banyak dan dia dikeroyok habis-habisan

Kalah

Sering kasus ini yang terjadi pada tubuh yang jalani terapi kanker model apapun. Sel kanker sudah bersih!

Tapi tubuhnya tetap nyaman dihuni

Makanya yang memutuskan mengubah gaya hidup terutama pola makan-minum kasusnya jadi beda.

Tubuhnya gak lagi nyaman ditempati sel kanker

Betah gak tinggal di rumah atau kamar yang penyejuk ruangannya dimatikan? Sementara matahari di luar lagi terik? Dibikin bau, dibikin gelap!

Gak usah diusir Anda keluar sendiri, dan gak mau balik lagi! Gak mau merekomen teman. Apalagi beranak, berkembang biak disana!

Steril deh!

Bersih dari sel kanker bukan jaminan. Kalau kualitas hidupnya minim atau bahkan gak ada.

Mending yang sel kankernya masih ada, tapi dorman

Menciut dan gak bisa berkembang. Lalu mati sesuai perjalanan waktu atau dibasmi sendiri oleh mekanisme tubuh yang menjadi sehat!

Kalaupun ada tindakan medis, gak perlu yang invasif, mahal (walau merusak) dan menyakitkan.

Bisa minim tindakan tapi efektif!

Nah problemnya di penderita kanker adalah diomongin gampang. Dilakukan?

Sangat gak gampang

Faktor utama, disiplin! Kalau sudah kanker, toleransi itu nyaris gak ada. Sedikit pun jangan dikontaminasi pemicu kanker.

Makanan-minuman

Ini yang paling berat

Abis itu lingkungan. Mulai dari support salah, memanjakan, skeptis terhadap upaya perubahan pola hidup sampe yang kasih jalan pintas

Demikian kibulan ini. Suka sukur gak suka unfollow. Gak follow bawel? Tubuh nyaman untuk sel kanker? Sewain aja sekalian! Biar dapet profit


#FoodCombining #FoodCombiningItuGampang #Kanker

No comments:

Post a Comment