Monday, November 25, 2019

Belajar Matematika Itu Harusnya Menyenangkan




Membaca isi pidato menteri pendidikan, teringat ketika dulu saya pernah jadi guru Matematika di sebuah SMA PGRI.

Stigma murid PGRI dulu itu adalah sisa anak-anak yang tidak diterima SMA Negeri, anak-anak yang tidak pintar, dan anak-anak yang "nakal".

Ketika saya diminta mengajar disana, saya menolak awalnya, jadi guru saja berat apalagi mengajar disana, saya terbiasa totalitas, ga mau asal ngajar.

Lalu saya "dibecandain" kepala sekolah dan beberapa guru disana, haduh Dea sayang sekali ilmu kamu, lagian hampir tiap hari kesini mending sekalian amalkan ilmu matematika kamu. (waktu itu saya kerja di LSM PKBI KalSel, ada program kesehatan reproduksi remaja dengan sekolah dan pesantren).

Akhirnya saya terima, kemudian saya mencoba dan berusaha mengubah stigma tersebut.
Tantangan yang sungguh besar dan berat, disamping pelajaran matematika sendiri sudah kena stigma juga.
Matematika itu susah, matematika bikin pusing, guru matematika itu killer, dsb.

METODE BERBEDA
Berbekal pengalaman pernah jadi murid PGRI yang kena stigma, dan pengalaman berbagai pelatihan/melatih di LSM, saya coba terapkan metode berbeda dari guru kebiasaan di kelas.

Diawali saya bikin kesepakatan/komitmen belajar dengan murid, dan sanksi yang mereka bikin sendiri jika melanggar, dan jika saya melanggarpun saya kena sanksi.

Lebih banyak diskusi, dua arah, dan tidak ada ujian bulanan, kecuali ujian serentak yang diwajibkan Dinas/Pusat.

Untuk nilai saya ambil dengan metode lain bukan ulangan/ujian.
Saya bikin kelompok-kelompok kecil untuk mereka membahas 1 sub pokok bahasan di kelompok masing-masing, kemudian bergiliran mereka menyampaikan di depan kelas (mereka mengajar).
Sebelum mereka mengajar, mereka bisa diskusi atau konsultan dulu dengan saya.

Metode tersebut bukan sekedar untuk sebuah nilai ulangan/ujian, tapi saya pengen membuat murid-murid menjadi percaya diri dan berani bicara di depan, serta menyisipkan sedikit makna untuk mereka bisa menghargai profesi seorang guru.

Saat itu akibat stigma yang melekat, segelintir murid sering mengolok guru-guru mereka, bahkan merendahkan dan berkelahi dengan guru, serta merusak fisik sekolah.

Kalo dari pendapat para murid, mereka bosan dengan cara mengajar si guru, mereka sebel cara guru tersebut memperlakukan mereka, main hukum sedangkan guru salah tidak dihukum.

Kalo dari pendapat si guru, murid-murid tersebut nakal, suka ngebantah, tidak disiplin.

MURID PROTES
Tidak semua murid suka dengan cara saya yang dianggap aneh, pun ada beberapa guru yang menentang, tapi sebagian besar murid saya mulai menyukai matematika, dan bilang kenapa tidak sejak SD mereka diajarin matematika seperti cara tersebut.

Pernah ada kejadian, murid-murid saya yang dulunya kelas 10 naik kelas 11 melakukan protes terhadap sekolah, minta guru matematika mereka kembali saya, tidak mau guru yang lain.

Protes mereka dari menolak guru dengan cara berkelahi di kelas, menutup pintu kelas ketika guru mau masuk, bikin petisi, dan akan mendemo sekolah.

Saya tidak tahu sama sekali ada kejadian tersebut, sampai wali kelas dan pimpinan sekolah menceritakan hal tersebut dan meminta saya untuk mau mengajar di kelas tersebut.


Reaksi pertama sangat kaget tidak percaya, karena itu kelas IPA, biasanya yang suka bikin ulah anak-anak IPS, karenanya saya diletakkan di IPS juga.

Awalnya saya menolak, selain sudah kebanyakan jam mengajar, juga tahu kemampuan saya dan tidak enak hati dengan guru tersebut, dan dia sebenarnya jauh lebih pintar matematika daripada saya, dia lulusan salah satu kampus ternama di pulau Jawa, pelajaran matematika IPA jauh lebih berat dari IPS, jadi dia memang lebih pantas daripada saya.

Saya bilang akan ngajak ngomong anak-anak dari hati ke hati untuk menerima kembali gurunya tersebut. Tapi wali kelasnya bilang itu sudah mereka lakukan, sebelum akhirnya sepakat pergantian guru. Sekolah juga tidak mau kalo sampai kejadian tersebut tersebar keluar sekolah dan masuk koran. Apalagi anak-anak tersebut sudah banyak ketinggalan pelajaran matematika.

Pusing benar saya waktu itu, tapi tidak punya pilihan lain. Saya bicara dengan guru tersebut dulu, minta pendapat dia dulu tentang kejadian tersebut, dan setelah bicara banyak, dia minta saya mau menggantikan dia.

Setelah kejadian tersebut, kita jadi lebih akrab, kalo tidak salah dia pernah bilang.
"Mungkin aku memang pintar matematika, tapi mungkin cara menjelaskan ke murid yang belum pas, sehingga murid susah paham".

IDEALIS
Saya sendiri saat itu merasa banyak kekurangan sebagai guru, saya hanya mencoba menempatkan diri jika sebagai murid apa yang harus dilakukan.

Sebagian besar murid disana sekolah cuma untuk dapat ijazah, apa gunanya pokok-pokok bahasan pelajaran matematika tersebut buat hidup mereka, sedangkan mereka sendiri tidak ada keinginan jadi ahli matematika.

Saya menyadari sekali hal tersebut, itu juga yang saya rasakan ketika kuliah.
Karenanya saya tidak mau menghabiskan waktu sekedar menjejali semua pokok bahasan dari kurikulum.

Banyak kebijakan Dinas maupun Sekolah saat itu yang bertentangan dengan idealisme saya, yang pada akhirnya saya tidak bisa terima dan menyingkirkan diri.

Ada yang ngolok saya waktu itu, karena gaji guru honor kecil jadi saya berhenti. Walau bukan itu penyebab utama, tapi saya tidak menafikan itu, cuma beberapa ribu rupiah kami guru honorer harus berjibaku dengan segala tantangan yang kadang berpengaruh pada keselamatan diri kami juga. Sakit lahir batin.

Cerita ini cuma sekelumit curcol saya dari tahun 2004 sampai 2007, semoga dengan menteri pendidikan yang baru ini, pendidikan Indonesia bisa berkualitas.


#HariGuru #Matematika #Pendidikan

Wednesday, November 13, 2019

Tervonis Kanker! Bisakah Sehat?



Tahun 2012 dokter Harpini Wiwiek Lebang divonis kanker paru stadium 4A, dan beberapa memperkirakan usianya tinggal hitungan bulan.

Saat itu dokter Harpini meminta bantuan anaknya yang seorang pakar di ranah pencegahan penyakit dan perawatan kesehatan yaitu Erikar Lebang untuk sisi perawatan kesehatannya.
Di sisi lain dokter Harpini tetap menjalani program kesehatan konvensional kanker.

Perubahan gaya hidup dikombinasikan dengan pengobatan konvensional, dokter Harpini bisa menjalani kehidupan secara normal hingga hari ini.

BEBERAPA LINk TULISAN/VIDEO TERKAIT KANKER:
Saya lampirkan beberapa tulisan terkait penanganan kanker, silakan simak dengan detail, semoga bermanfaat bagi yang membutuhkan

Link Antara Bertahan Hidup atau Hidup Berkualitas dalam Menghadapi kanker:

https://deaedensor.blogspot.com/2015/12/antara-bertahan-hidup-atau-hidup.html?m=1


Link penyebab dan penanganan kanker yang tepat:

https://deaedensor.blogspot.com/2015/08/penyebab-dan-penanganan-kanker-yang.html?m=1

Wawancara dengan Pakar Food Combining Indonesia Erikar Lebang Seputar Proses Mengatasi Kanker pada Mamanya:

https://youtu.be/oCKkjiNHtFg

Kanker tidak seseram hantu:
https://deaedensor.blogspot.com/2015/02/kanker-tidaklah-seseram-hantu.html?m=1


Link tentang kanker dari tulisan Prof. Hiromi Shinya:
Kanker tidak kambuh lagi:
https://deaedensor.blogspot.com/2017/06/kanker-tidak-kambuh-lagi.html?m=1

Mengapa obat anti kanker tidak menyembuhkan kanker:
https://deaedensor.blogspot.com/2017/06/mengapa-obat-anti-kanker-tidak.html?m=1


#kanker #Sehat #healty #healtylife #lifestyle #healtyfood #GayaHidup