Monday, September 7, 2015

Risiko Reproduksi dan Pola Makan Sehat

Minggu ini dapat kabar ada rekan yang meninggal dunia setelah melahirkan, dan ada rekan lain yang anaknya meninggal dunia setelah berbulan-bulan di RS & telah operasi. Kedua berita ini sangat berkaitan dengan risiko reproduksi.

Karena 2 kejadian tersebut saya jadi ingin bicara seputar risiko reproduksi dan bagaimana penanganannya.

Sebagai relawan dari Perkumpulan Keluarga Berencana Indonesia (PKBI), 2 kasus ini bukan hal baru bagi saya. Selain itu, beberapa tahun silam, beberapa teman & rekan saya pun ada yang meninggal dunia setelah melahirkan. Kakak tertua saya sendiri mengalami proses risiko reproduksi yang berujung anaknya meninggal dunia

Mari kita bicara apa itu risiko reproduksi, terkhusus tentang kehamilan berisiko tinggi.

Saat terbaik bagi perempuan untuk hamil adalah antara usia 20 - 35 tahun.



Kehamilan dibawah usia 20 tahun berbahaya karena organ-organ reproduksi belum sempurna, hal ini nantinya akan menyulitkan proses kehamilan dan persalinan. (Keguguran, bayi lahir prematur, pendarahan, dsb)
Secara psikologis penting kesiapan mental & jiwa bereproduksi diusia belia, juga posisi tawar perempuan yang lemah bisa berdampak kepada janin nantinya.

Sedangkan kehamilan diatas usia 35 tahun juga berbahaya karena akan ada kecenderungan mengalami pendarahan setelah melahirkan, selain itu ada kemungkinan besar mendapatkan kualitas bayi yang kurang baik (kualitas sel telur sudah mulai berkurang) dan risiko kematian ibu & bayi. (Pendarahan, keguguran, bayi lahir prematur, dsb)

Selain itu, jarak yang terlalu dekat antar anak juga tidak kalah berisikonya, dimana organ-organ reproduksi yang masih proses pemulihan untuk mengembalikan fungsinya, dipaksa untuk bereproduksi kembali, ini bisa berakibat pendarahan, keguguran, bayi lahir prematur sd meninggal, dsb.
Secara psikologis pun, anak yang sebelumnya masih harus diberi kesempatan untuk tumbuh & berkembang dengan perhatian penuh.

Menurut data Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), setiap harinya dari berbagai belahan dunia dilaporkan setidaknya ada 800 perempuan meninggal akibat komplikasi selama kehamilan.

WHO mengatakan 99 persen kematian didapatkan pada negara sedang berkembang. Rasio kematian ibu di negara sedang berkembang 240 kematian per 100.000 kehamilan, sedangkan pada negara berkembang hanya didapatkan rasio kematian 16 kematian per 100.000 kehamilan.


Banyak perempuan yang meninggal, akibat komplikasi yang mereka dapat sebelum, selama dan pasca melahirkan.
Sekitar 80 persen kematian ibu disebabkan oleh beberapa hal seperti pendarahan berat setelah persalinan, infeksi (biasanya setelah persalinan), tekanan darah tinggi selama kehamilan (pre-eklamsi dan eklamsi), aborsi yang tidak aman.
Kesehatan ibu sangat berhubungan erat dengan kesehatan bayi. Lebih dari 3 juta bayi baru lahir meninggal tiap tahun dan 2.6 juta bayi lahir mati tiap tahunnya.

Melihat dampak risiko kehamilan tersebut, bukan berarti tidak ada jalan keluarnya.
Untuk pencegahan, sebaiknya tidak hamil diusia berbahaya tadi, terutama usia dibawah 20 tahun, karena selain risiko diatas tadi, masih banyak waktu juga untuk bereproduksi.

Bagi yang berusia diatas 35 tahun dan belum memiliki buah hati, akan lebih baik benar-benar mempersiapkan & menjaga diri selama kehamilan, persalinan dan pasca melahirkan.
Hal yang baik pada usia 35 tahun keatas, pemahaman dan gaya hidup biasanya relatif lebih baik daripada di usia 20-an. Seharusnya hal ini bisa membuat lebih mudah untuk menjaga kesehatan kehamilan di usia yang lebih tua.

Tetapi memang kenyataan, beberapa kehamilan ada yang tejadi tanpa persiapan matang, bahkan kehamilan tidak diinginkan (KTD). Sehingga usia yang sudah berisiko membahayakan ibu & anak, ditambah kurang "kepedulian" selama proses kehamilan.


Kehamilan dan Pola Makan Sehat

Dari banyak kasus yang pernah saya temui, termasuk kasus teman, rekan & saudara saya tadi, kebanyakan bersumber dari faktor internal, walau faktor eksternal tetap ikut terlibat.

Orang-orang Banjarmasin kebanyakan  tidak suka dengan sayuran, dan berpola makan buruk harian, sehingga memicu berbagai macam penyakit yang sudah terpendam duluan ditubuh "perempuan". Ini menambah daftar panjang risiko reproduksi diusia berbahaya.




Pun ketika akhirnya bisa melewati proses persalinan, tetapi ketika si Ibu tidak menghasilkan ASI, sehingga bayi yang sudah lahir prematur harus berjuang lebih keras untuk bertahan hidup.

Minimnya pengetahuan tentang bahaya sufor dan pembodohan iklan susu, membuat si bayi yang sudah separo nyawa harus meminum "racun" efek komersialisasi industri.

Lebih lengkap tentang susu sebenarnya bukan minuman kesehatan, bisa baca tulisan ini  :
http://deaedensor.blogspot.com/2015/03/rangkuman-tentang-susu-sebenarnya-bukan.html?m=1

Saya menyaksikan sendiri, bayi kakak saya yang lahir prematur dan kurang "berkualitas" harus minum sufor. Setelah beberapa hari kemudian akhirnya meninggal dunia.

Padahal kakak saya berjuang nyawa dengan kehamilan diusia berbahaya tersebut, sebelum melahirkan hipertensinya kumat parah, belum penyakit lainnya sehingga terjadi komplikasi yang membuat kakak sempat koma beberapa hari.

Sebagai pelaku Food Combining (FC), sekarang saya semakin paham apa yang terjadi dengan kakak saya puluhan tahun silam itu.

KTD karena lupa konsumsi alkon, usia yang sangat berisiko tinggi untuk kembali hamil, punya riwayat hipertensi dsb, pola makan buruk hariannya (pembenci sayur ; sama seperti saya dulu)

Bisa dibayangkan, jangankan membuat janin dan bayi sehat, untuk tubuhnya sendiripun sudah kekurangan banyak asupan gizi. Masih bersyukur, kakak cepat dibawa suaminya ke RS yang "berkualitas", penanganannya cepat sehingga tertolong. Berbeda dengan teman & rekan saya yang telat di bawa ke RS, dan kasus lainnya sudah sampai RS tetapi penanganan lamban sehingga pertolonganpun terlambat.

Beberapa pengalaman pelaku FC yang hamil diusia berbahaya, diatas 35an tahun, menjalaninya dengan mulus dan lancar sampai persalinan serta berlimpah ASI. Ibunya sehat membuat bayipun turut selamat dan sehat serta bonus punya bayi bersih mulus beda dengan anak-anak mereka sebelum berpola makan sehat FC.

Penjelasan lengkap Seputar Food Combining: http://deaedensor.blogspot.com/2015/02/seputar-food-combining.html?m=1


Anak adalah amanah dari Sang Pencipta, hasil buah cinta yang menjadi buah hati, bukan sekedar status sebagai penerus, maupun pengurus balas jasa ketika tua nanti

Hamil, melahirkan, menyusui memang kodrat perempuan, tidak bisa dipertukarkan karena ketentuan dari Tuhan. Karena itu perempuan mempunyai hak atas reproduksi sehat.

Persiapkan diri sepenuh hati, dengan mencari tau segala informasi yang benar secara fakta seputar reproduksi sehat. Tidak mudah kemakan mitos yang malah semakin menyesatkan jiwa & raga.

#FoodCombining #FoodCombiningItuGampang #KehamilanBerisikoTinggi #RisikoReproduksi

Dikutip dari beberapa modul terbitan PKBI Pusat, dan berbagai sumber lainnya



No comments:

Post a Comment